/* Adsense Autoads */

Pengaruh Dimensi Nilai Budaya terhadap Dimensi Nilai Akuntansi

Intisari:

Perkembangan akuntansi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor ekonomi, sosial, dan politik. Perubahan lingkungan ekonomi seperti perubahan model kepemilikan perusahaan, tingkat industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, hingga aspek politik dan hukum dalam suatu masyarakat akan sangat mempengaruhi perkembangan akuntansi di masyarakat tersebut (Noravesh, et al., 2007). Juga munculnya bursa saham yang menyebabkan kepemilikan perusahaan melibatkan banyak orang sehingga semakin banyak pihak yang berkepentingan dalam perkembangan akuntansi yang lebih baik (Sudarwan, 1994).

Selain pengaruh lingkungan ekonomi, perkembangan akuntansi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan aspek perilaku dari penggunanya. Karena pengguna akuntansi dapat membentuk dan dibentuk oleh lingkungan, akuntansi dapat dilihat sebagai realitas yang dibentuk secara sosial dan subyek dari tekanan politik, ekonomi, dan sosial (Chariri, 2009).

Dalam beberapa tahun belakangan, ketertarikan untuk mempelajari akuntansi dari sisi keperilakuan dan sosial semakin meningkat. Penelitian mengenai keperilakuan dalam akuntansi telah memperkaya disiplin akuntansi itu sendiri dan memperlihatkan bahwa akuntansi tidak hanya masalah teknis semata, tetapi melihat akuntansi lebih luas dari pertimbangan psikologis yang mempengaruhi persiapan laporan akuntansi hingga pertimbangan peran sosiopolitik akuntansi dalam organisasi dan masyarakat. Berdasarkan penelitian ini, evolusi dalam akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berbeda, dimana budaya adalah faktor sosial yang paling penting (Noravesh, et al. 2007). Namun, penelitian akuntansi di Indonesia masih didominasi oleh masalah teknis dan cenderung mengabaikan nilai-nilai budaya yang melekat di Indonesia (Chariri, 2009). Budaya sebagai manifestasi perilaku dan nilai sosial dalam masyarakat berperan penting dalam pembentukan ilmu akuntansi agar sesuai dengan masyarakat dimana ilmu akuntansi tersebut diterapkan.

Gray (1988) mengemukakan hipotesis pengaruh budaya terhadap akuntansi. Faktor lingkungan yang terus berubah-ubah dan dengan semakin tingginya permintaan masyarakat akan akuntansi yang berkualitas dan dapat diandalkan selanjutnya menuntut profesi akuntansi untuk lebih profesional dan terbuka, tapi dengan tingginya tingkat ketidakpastian dalam ekonomi, muncul pemikiran apakah akuntansi harus dilakukan secara konservatif atau optimis. Dan muncul juga pertimbangan apakah praktik akuntansi harus dibuat seragam atau fleksibel mengikuti situasi dan kondisi. Hal-hal diatas bermanifestasi menjadi dimensi nilai akuntansi, yaitu kendali profesional/menurut undang-undang, keterbukaan/ketertutupan, konservatif/optimis, dan seragaman/fleksibel (Gray, 1988). Namun penelitian Gray, seperti penelitian-penelitian sebelumnya, hanyalah berupa kerangka teoritis, dan tidak menguji hipotesis ataupun menerapkan uji empiris.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan kebenaran hipotesis Gray (1988) tersebut di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sebelas tahun (2000-2010). Alat penelitian menggunakan Partial Least Square dengan menggunakan software SmartPLS 2.0.

Hasil penelitian ini dapat mengakomodasi tiga dari ketigabelas hipotesis, juga terdapat tiga hasil yang bertolak belakang dengan hipotesis. Selain itu juga terdapat satu hasil yang sebelumnya tidak dihipotesiskan oleh Gray (1988).